Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur
Kalimat yang
seringkali disebut-sebut setiap kali seseorang berpidato berapi-api tentang
sebuah negara, wilayah, daerah. Namun apakah arti Baldatun Thoyyibatun
Wa
Robbun
Ghofur?.
Di suatu negara yang adil dan makmur yang
diberkati serta diampuni Allah? wilayahnya subur gema ripah loh jinawi serta
toto tentrem kerto raharja? Entahlah hingga kini belum lagi mendapatkan arti
yang pasti dari kata Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur.
Baldatun Thoyyibatun
Wa
Robbun
Ghofur adalah gambaran sebuah negeri yang subur dan makmur, adil dan aman. Dimana yang
berhak akan mendapat haknya, yang berkewajiban akan melaksanakan kewajibannya
dan yang yang berbuat baik akan mendapat anugerah sebesar kebaikannya. Tidak
ada lagi kezaliman.
Orang kaya menzalimi
yang mizkin, yang kuat menzalimi yang lemah, yang berharta memanfaatkan
hartanya untuk meraih posisi dan prestasi. Hal yang seperti ini akan
menyebabkan sebuah negeri menjadi negeri yang Baldatun la'natun wa Robbun ghofur
Menjadi negeri yang
dilaknat Allah. Sehingga kedamaian keadilan, kemakmuran tidak akan pernah
menyentuh negeri yang seperti ini.
Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur
Merupakan cita-cita
seluruh bangsa di dunia. Dan hanya dengan segala usaha dan kerja keras
beriring do’a maka impian dan harapan suatu kaum akan
terlaksana. Amiin
Syaikh Ahmad Rifa'i: Lumakuho siro
kabeh nedyo ing Allah,Tingkahe dangan lan abot sayah, Tingkahe
sugih miskin gagah, Tuwin loro waras susah dalam manah.
Islam menghendaki
segala sesuatu dilakukan tidak dengan cara paksaan, bahkan dalam menentukan
suatu keyakinan pun Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih.
Firman Allah SWT;
Terjemahan QS. Al Baqarah: 256. yang artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam);Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada
Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Allah SWT berfirman;
Terjemahan QS Al Baqarah: 143. yang artinya:
dan demikian (pula) Kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat
pertengahan ... yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi
atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Disini dapat diartikan
bahwa Islam mengajarkan kepada kita agar segala sesuatu dilakukan tidak dengan
cara paksaan dan tidak berlebih-lebihan.
Kata washata disebut
lima kali dalam Al-Qur’an. Semua kata washata bermakna tengah atau moderat.
Berkenaan dengan makna washata ini, Al-Raghib Al-Isfahani menyatakan, sebagai
sesuatu yang berada dipertengahan yang kedua ujungnya pada posisi sama. Dengan
demikian ketika disebut ummatan washatan itu artinya umat yang moderat atau
umat yang berada dipertengahan. Posisi pertengahan mengandung makna tidak
memihak ke kiri dan ke kanan. Tentu saja makna kiri dan kanan bukan sekedar
arah, tetapi bisa idiologi, pemikiran atau sistem lainnya.
Negeri Saba’ Hancur
Karena Korupsi
Melihat gegap gempitanya masalah korupsi yang sekarang
hampir tiap hari menghiasi seluruh media di negeri ini yang menunjukkan betapa
akut dan kronisnya korupsi hampir di seluruh Instansi dan Lembaga Pemerintah. Sebagai sosok figur pemimpin yang
mestinya memberi contoh ketauladanan dan kejujuran kepada bawahannya untuk mengemban tugas amanah
yang dipercayakan, apalagi saat menjelang dilantik mereka pasti berkomentar
akan menjalankan sebaik-baiknya dan bahkan berjanji dihadapan pejabat yang
melantik (atasan), namun apa alhasil kita jadi miris merinding apabila melihat di
berbagai media sosok pejabatnya digiring oleh aparat penegak hukum. Sehingga rasa
takut dan khawatir negeri ini akan mengalami pengulangan sejarah kehancuran
negara-negara zaman itu gara-gara korupsi yang merajalela, bila tidak segera
dilakukan tindakan yang tepat dan benar dalam mereformasi jajaran terutama
penegak hukum, sebagaimana terjadi pada Negeri Saba’ (sekarang negeri Yaman).
Berdasarkan contoh Al-Qur’an, negara yang pada awalnya makmur dan kemudian
hancur berkeping-keping adalah negeri Saba’. Bahkan saking pentingnya tauladan
yang dapat diambil dari negeri ini, Allah mengabadikannya sebagai salah satu
nama Surat Al- Qur’an, yakni Surat Saba’ (surat ke 34).
Tidak sebagaimana
kisah-kisah
lainnya yang juga sering dapat ditemukan dalam Al- Kitab (Taurat-Injil), maka kisah
kehancuran negeri Saba’ ini hanya diceriterakan dalam Al- Qur’an, karena masa
kehancurannya dimulai sejak 542 setelah Masehi, 500 tahun lebih setelah wafat
Isa Al- Masih.
Dalam Surat tersebut
Allah menyebutkan kemakmuran negeri Saba’ dengan kalimat:”…. Negeri yang baik,
dibawah naungan Tuhan yang Maha Pengampun. Tapi kemudian mereka berpaling (durhaka) maka kami datangkan kepada
mereka AIR BAH (Sail Al-arim) dari bendungan (yang jebol), dan kami ganti dua
hamparan kebun mereka menjadi kebun-kebun yang (hanya) menghasilkan buah-buahan
yang pahit rasanya, pohon Asl dan sedikit pohon Sidr. Demikianlah kami balas
kekafiran mereka, dan pembalasan kami hanya kepada orang- orang yang kafir”
.(QS;As- Saba’/34:15-17).
“Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur” –
demikian cuplikan ayat Saba’ diatas. Kalimat ini sering didengungkan oleh para
ulama’ dan umaro’, lebih- lebih saat kampanye berlangsung, yang arti letterlijknya adalah: “negeri yang baik, dengan Tuhan yang Maha
Pengampun” sering diterjemahkan dengan bahasa slogan: “Negara yang subur makmur gemah ripah loh jinawi yang di ridhoi Tuhan…”
Eksistensi suatu
negara hancur akibat korupsi
Allah berfirman: “Allah membuat percontohan suatu Negara yang
(asalnya) aman sentosa, rizkinya melimpah dari segenap penjuru. Kemudian
penduduknya mendurhakai nikmat- nikmat Allah.Maka Allah pun memberikan kepada
mereka “ pakaian ketakutan dan kelaparan” (resesi
berkepanjangan bagaikan pakaian yang membelit), akibat apa yang telah mereka
perbuat” Q.S. An-Nahl 112. Syekh Arslan menyatakan: ” Sesungguhnya eksistensi suatu bangsa
tergantung pada keadaan akhlaq nya, bila suatu bangsa hancur moralnya, maka
hancur pula eksistensinya”.
Bagaimana
dengan sebutan di Negeri kita kini..? apakah Negeri yang “Gemah ripah loh KORUPSI” (Negara yang
korupsinya subur), bila para pemimpin dan seluruh elemen bangsanya tak sadar
juga, bukan mustahil akan bernasib sama seperti negeri Saba’.
Kesimpulan
Alangkah indahnya bukan? kalau sifat-sifat diatas dimiliki oleh bangsa kita. Sehingga sangat berharap unutk Negeri kita ini menjadi bangsa yang Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur, bangsa yang akan “Ter” baik bagi rakyatnya sendiri maupun dunia Internasional.
Semua insan pastilah mendambakan kehidupan yang bahagia dan makmur, syukur-syukur kalau bisa mempunyai status sosial tinggi. Begitu juga terhadap negara, pastilah semua menginginkan akan negara yang adil dan makmur, istilah Al Qur’an menjadi Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur, atau dalam gambaran pewayangan menjadi negara yang “panjang punjung wukir pasir gemah ripah loh jinawi toto tentrem karto raharjo tebih saking laku cudro rumagang ing gawe saiyek saiko yekti”. Syukur-syukur kalau bisa menjadi negara nomor wahid di dunia, istilah Bung Karno (Presiden Pertama RI) menjadi mercu suarnya dunia.
Wallahu A'lam Bishawab
Mudah mudahan
para pemimpin bangsa ini dan kita semua segera sadar sebelum segalanya
terlambat. Amiiiin.
sumber : media kajian agama Islam
Berbuat baik itu indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar