Jumat, 30 Oktober 2015

Negeri yang subur makmur gemah ripah loh jinawi yang di ridho'i Allah SWT

Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur
Kalimat yang seringkali disebut-sebut setiap kali seseorang berpidato berapi-api tentang sebuah negara, wilayah, daerah. Namun apakah arti Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur?.
Arti dari Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur
Di suatu negara yang adil dan makmur yang diberkati serta diampuni Allah? wilayahnya subur gema ripah loh jinawi serta toto tentrem kerto raharja? Entahlah hingga kini belum lagi mendapatkan arti yang pasti dari kata Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur.
Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur adalah gambaran sebuah negeri yang subur dan makmur, adil dan aman. Dimana yang berhak akan mendapat haknya, yang berkewajiban akan melaksanakan kewajibannya dan yang yang berbuat baik akan mendapat anugerah sebesar kebaikannya. Tidak ada lagi kezaliman.
Orang kaya menzalimi yang mizkin, yang kuat menzalimi yang lemah, yang berharta memanfaatkan hartanya untuk meraih posisi dan prestasi. Hal yang seperti ini akan menyebabkan sebuah negeri menjadi negeri yang Baldatun la'natun wa Robbun ghofur
Menjadi negeri yang dilaknat Allah. Sehingga kedamaian keadilan, kemakmuran tidak akan pernah menyentuh negeri yang seperti ini.
Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur
Merupakan cita-cita seluruh bangsa di dunia. Dan hanya dengan segala usaha dan kerja keras beriring doa maka impian dan harapan suatu kaum akan terlaksana. Amiin
Syaikh Ahmad Rifa'i: Lumakuho siro kabeh nedyo ing Allah,Tingkahe dangan lan abot sayah, Tingkahe sugih miskin gagah, Tuwin loro waras susah dalam manah.
Islam menghendaki segala sesuatu dilakukan tidak dengan cara paksaan, bahkan dalam menentukan suatu keyakinan pun Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih.
Firman Allah SWT;
Terjemahan QS. Al Baqarah: 256. yang artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
 Allah SWT berfirman;
Terjemahan QS Al Baqarah: 143. yang artinya: dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan ... yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Disini dapat diartikan bahwa Islam mengajarkan kepada kita agar segala sesuatu dilakukan tidak dengan cara paksaan dan tidak berlebih-lebihan.
Kata washata disebut lima kali dalam Al-Quran. Semua kata washata bermakna tengah atau moderat. Berkenaan dengan makna washata ini, Al-Raghib Al-Isfahani menyatakan, sebagai sesuatu yang berada dipertengahan yang kedua ujungnya pada posisi sama. Dengan demikian ketika disebut ummatan washatan itu artinya umat yang moderat atau umat yang berada dipertengahan. Posisi pertengahan mengandung makna tidak memihak ke kiri dan ke kanan. Tentu saja makna kiri dan kanan bukan sekedar arah, tetapi bisa idiologi, pemikiran atau sistem lainnya.
Negeri Saba’ Hancur Karena Korupsi
Melihat gegap gempitanya masalah korupsi yang sekarang hampir tiap hari menghiasi seluruh media di negeri ini yang menunjukkan betapa akut dan kronisnya korupsi hampir di seluruh Instansi dan Lembaga Pemerintah. Sebagai sosok figur pemimpin yang mestinya memberi contoh ketauladanan dan kejujuran kepada bawahannya untuk mengemban tugas amanah yang dipercayakan, apalagi saat menjelang dilantik mereka pasti berkomentar akan menjalankan sebaik-baiknya dan bahkan berjanji dihadapan pejabat yang melantik (atasan), namun apa alhasil kita jadi miris merinding apabila melihat di berbagai media sosok pejabatnya digiring oleh aparat penegak hukum. Sehingga rasa takut dan khawatir negeri ini akan mengalami pengulangan sejarah kehancuran negara-negara zaman itu gara-gara korupsi yang merajalela, bila tidak segera dilakukan tindakan yang tepat dan benar dalam mereformasi jajaran terutama penegak hukum, sebagaimana terjadi pada Negeri Saba’ (sekarang negeri Yaman). Berdasarkan contoh Al-Qur’an, negara yang pada awalnya makmur dan kemudian hancur berkeping-keping adalah negeri Saba’. Bahkan saking pentingnya tauladan yang dapat diambil dari negeri ini, Allah mengabadikannya sebagai salah satu nama Surat Al- Qur’an, yakni Surat Saba’ (surat ke 34).
Tidak sebagaimana kisah-kisah lainnya yang juga sering dapat ditemukan dalam Al- Kitab (Taurat-Injil), maka kisah kehancuran negeri Saba’ ini hanya diceriterakan dalam Al- Qur’an, karena masa kehancurannya dimulai sejak 542 setelah Masehi, 500 tahun lebih setelah wafat Isa Al- Masih.
Dalam Surat tersebut Allah menyebutkan kemakmuran negeri Saba’ dengan kalimat:”…. Negeri yang baik, dibawah naungan Tuhan yang Maha Pengampun. Tapi kemudian mereka berpaling (durhaka) maka kami datangkan kepada mereka AIR BAH (Sail Al-arim) dari bendungan (yang jebol), dan kami ganti dua hamparan kebun mereka menjadi kebun-kebun yang (hanya) menghasilkan  buah-buahan yang pahit rasanya, pohon Asl dan sedikit pohon Sidr. Demikianlah kami balas kekafiran mereka, dan pembalasan kami hanya kepada orang- orang yang kafir” .(QS;As- Saba’/34:15-17).
Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur” – demikian cuplikan ayat Saba’ diatas. Kalimat ini sering didengungkan oleh para ulama’ dan umaro’, lebih- lebih saat kampanye berlangsung, yang arti letterlijknya adalah: “negeri yang baik, dengan Tuhan yang Maha Pengampun” sering diterjemahkan dengan bahasa slogan: “Negara yang subur makmur gemah ripah loh jinawi yang di ridhoi Tuhan…
Eksistensi suatu negara hancur akibat korupsi
Allah berfirman: “Allah membuat percontohan suatu Negara yang (asalnya) aman sentosa, rizkinya melimpah dari segenap penjuru. Kemudian penduduknya mendurhakai nikmat- nikmat Allah.Maka Allah pun memberikan kepada mereka “ pakaian ketakutan dan kelaparan” (resesi berkepanjangan bagaikan pakaian yang membelit), akibat apa yang telah mereka perbuat” Q.S. An-Nahl 112. Syekh Arslan menyatakan: ” Sesungguhnya eksistensi suatu bangsa tergantung pada keadaan akhlaq nya, bila suatu bangsa hancur moralnya, maka hancur pula eksistensinya”.
Bagaimana dengan sebutan di Negeri kita kini..? apakah Negeri yang “Gemah ripah loh KORUPSI” (Negara yang korupsinya subur), bila para pemimpin dan seluruh elemen bangsanya tak sadar juga, bukan mustahil akan bernasib sama seperti negeri Saba’.

Kesimpulan

Alangkah indahnya bukan? kalau sifat-sifat diatas dimiliki oleh bangsa kita. Sehingga sangat berharap unutk Negeri kita ini menjadi bangsa yang Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur, bangsa yang akan “Ter” baik bagi rakyatnya sendiri maupun dunia Internasional.
Semua insan pastilah mendambakan kehidupan yang bahagia dan makmur, syukur-syukur kalau bisa mempunyai status sosial tinggi. Begitu juga terhadap negara, pastilah semua menginginkan akan negara yang adil dan makmur, istilah Al Qur’an menjadi Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur, atau dalam gambaran pewayangan menjadi negara yang “panjang punjung wukir pasir gemah ripah loh jinawi toto tentrem karto raharjo tebih saking laku cudro rumagang ing gawe saiyek saiko yekti”. Syukur-syukur kalau bisa menjadi negara nomor wahid di dunia, istilah Bung Karno (Presiden Pertama RI) menjadi mercu suarnya dunia.
Wallahu A'lam Bishawab


Mudah mudahan para pemimpin bangsa ini dan kita semua segera sadar sebelum segalanya terlambat. Amiiiin.

sumber : media kajian agama Islam


Berbuat baik itu indah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar