Sabtu, 31 Oktober 2015

Meskipun Sedikit Akan Bernilai Selangit

Indahnya Berbagi
Tidak akan pernah rugi orang yang “tulus ikhlas” ketika ia memberi dan berbagi pada sesamanya. Bahkan pada makhluk lain seperti binatang dan tumbuhan pun. Kita tentu masih ingat mengenai kisah seorang wanita kupu-kupu malam, yang dengan “tulus-ikhlas” memberikan minuman pada seekor anjing yang kehausan, meskipun pada saat itu dia sendiri dalam keadaan sangat haus. Dan wanita itu akhirnya dimasukkan surga oleh Allah SWT karena ketulusannya. Untuk itu mari tingkatkan rasa kepedulian kita meskipun memberi hanya (sesuatu) bernilai kecil, namun adalah merupakan bagian menjadi rasa saling menyayangi dan mengasihi terhadap sesama bahkan terhadap semua makhluk Tuhan.

Motivasi Kita:

Tolong-Menolong,

Tiada ada manusia yang dapat hidup berdiri sendiri, tanpa memerlukan bantuan orang lain walaupun setinggi apapun jabatan yang dimilikinya dan sekaya apapun harta yang dipunyainya. Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar saling tolong-menolong dengan sesama, baik berupa materi, tenaga, atau pikiran.

Kerja Keras,

Di dunia ini tidak ada kesuksesan tanpa adanya usaha, tidak ada yang bersifat bim salabim, hanya dengan membalikan telapak tangan, melainkan semuanya harus melalui “Proses sebab Akibat” dan itu merupakan sunnatullah. Kesuksesan dapat diraih dengan cara berusaha dan bekerja keras. Karna sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang mau bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala amal kebaikan.






















pilihan situs google


Jumat, 30 Oktober 2015

Antara Moral dan Akhlaq

Perbedaan Moral dan Akhlaq

Kebanyakan orang tidak bisa membedakan antara moral dengan Akhlaq. Moral yang identik dengan kebajikan, kedermawanan, sopan santun, senyum, sapa, hormat dan sikap-sikap terpuji lainnya disebut juga Akhlaq. 

Jika Akhlaq selalu identik dengan kenyamanan, ketenangan, kedamaian, apakah para mujahid yang berperang dan membunuh di jalan Allah tidak berakhlaq?. Atau seorang mujahid yang siap meninggalkan Anak dan istri demi panggilan jihad, dia tidak berakhlaq?.

Moral adalah kecenderungan sikap manusia, ia berpotensi selalu ingin berbuat kebajikan. Namun belum terjamin dia mendapat nilai dari Allah, karena tindakannya berdasar instink belaka. sementara Akhlaq adalah sikap seseorang yang berlandaskan Aqidah dengan kesiapan menjalankan Syari’at. Seorang Nabi Ibrahim As yang siap menjalankan perintah Allah, yaitu menyembelih putranya, Ismail adalah Akhlaq mulia.

Membangun Suatu Bangsa Seperti Membangun Suatu Masjid,

Antara “membangun bangsa” dengan “membangun sarana masjid/musholla”, sampai akhirnya terjadilah saat “lipat sajadah” yang kemudian menginspirasi artikel ini.

Judul di atas sepertinya memang sesuatu banget dengan kata “suatu”, tapi bukan tanpa alasan dalam menuliskannya. Kata “suatu” memiliki makna yang kurang lebih menyatakan dalam menunjukan hal yang tidak tentu. Demikan halnya dengan kalimat “Suatu Bangsa” dan “Suatu Masjid” diatas.

Kata “Suatu Bangsa” menunjukan bahwa bangsa manapun (tidak ditentukan) bisa membangun kehidupannya seperti membangun masjid. Sedangkan kata “Suatu Masjid” menunjukan bahwa hakikatnya atau selayaknya masjid bisa menjadi contoh filosofis dalam membangun bangsa, namun memang tidak semua masjid (makanya digunakan kata “suatu”) memiliki makna filosofis demikian karena kadang tidak dibangun dengan “selayaknya”, contoh: Ada seorang koruptor yang membangun masjid dari hasil korupsi, ini jelas sangat tidak layak dan tidak memiliki filosofi membangun bangsa.

Sedangkan kata “sesuatu (se·su·a·tu)” sendiri yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti juga sebagai “ yang ada padanya sangat dibutuhkan oleh orang lain”. Jadi, kalau “Sesuatu Banget”, bisa jadi itu sangat dibutuhkan sekali.

Sederhananya, opini mengatakan bahwa membangun suatu bangsa seperti membangun suatu masjid itu sangat dibutuhkan sekali. Berikut uraian opininya;

Dibangun Dari Uang Halal

Disini mungkin akan muncul satu pertanyaan ; “Bagaimana kalau membangun masjid dari uang haram?”. Kita bisa menjawabnya dengan satu kaidah umum “Innallaha thayyibun la yaqbalu illa thayyiban.” ( Allah adalah baik dan hanya menerima dari yang baik ).

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mengumpulkan harta dari jalan yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu maka sama sekali dia tidak akan memperoleh pahala, bahkan dosa akan menimpanya.” ( HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan al-Hakim )

Jelas, bahwa dihadapan Allah SWT kita tidak bisa “mencuci uang” hasil korupsi dan lain sejenisnya.

Demikian halnya dengan membangun suatu bangsa, tidak akan suatu bangsa menjadi Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur, yaitu bangsa yang adil dan makmur, serta diberkati oleh Allah SWT, jika dibangun dengan menentang aturan-Nya. Jadi, untuk menjadi bangsa yang diberkati oleh Allah SWT sudah barang tentu kita harus membangunnya dengan mengikuti aturan-Nya.

Dibangun Dari Amal Jariyah dan Gotong Royong.

Sering merasa dan melihat jika masjid atau musholla yang dibangun dari hasil amal jariyah dan gotong royong jauh lebih berkesan dibanding masjid yang dibangun sendirian. Mohon maaf kalau ini keliru.

Pembangunan suatu masjid tidak hanya berarti pembangunan fisiknya juga, tapi harus ada pembangunan kemakmurannya juga. Makmurnya masjid yaitu ketika tidak pernah ditinggalkan oleh jama’ahnya, dan berhasil membangun semangat keimanan pada jama’ahnya.

Demikiannya dengan suatu bangsa, tidak bisa bangsa tersebut menjadi kokoh dan kuat jika hanya dibangun oleh satu dua orang. Harus banyak orang yang terlibat pembangunan didalamnya, masing-masing harus mengambil peran yang konstruktif.

Dibangun Dengan Transparansi

Dalam waktu tertentu (misal: setiap hari Jum’at sebelum sholat jum’at), Panitia Pembangunan Masjid (Panpel) atau Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) selalu mengumumkan rekapitulasi dan pengelolaan anggaran masjid. Jarang sekali ada Panpel atau DKM yang disumpah jabatan dalam mengemban tugas sebagai orang yang dipercaya masyarakat, dan sepertinya (insya Allah) hampir tidak pernah orang-orang yang dipercaya tersebut memakan uang sumbangan dari umat untuk pengelolaan masjid.

Mereka percaya, meskipun tidak disumpah jabatan, dalam sehari minimal mereka bersumpah sebanyak lima kali dihadapan Allah SWT melalui shalat lima waktunya. Bersumpah atas Tuhan dan Rasul-Nya, bersumpah atas hidup dan matinya, bersumpah atas amal dan ibadahnya.

Bayangkan, kalau saja pengelola negeri ini transparan dalam membangun bangsa, dan takut kepada Allah SWT. Akan sangat jauh luar biasa pembangunannya. (di negeri ini para pemimpin kita mudah-mudahan BISA!!)

Dibangun Untuk Membangun

Inilah luar biasanya Masjid, tidak dibangun untuk dijadikan hiasan atau pajangan. Masjid dibangun untuk selanjutnya harus menjadi peran sebagai jantung pembangunan moral dan spiritual jama’ahnya.

Seharusnya, suatu negara atau bangsapun dibangun supaya bisa mensejahterakan masyarakatnya, bukan menjadi satu basis kesengsaraan sekumpulan manusia.

Penuh Kesetaraan
Siapapun yang masuk kedalam masjid, sandal atau sepatunya harus dilepas, tak terkecuali pejabat tinggi, presiden, atau raja sekalipun. Baik imam maupun makmum tidak ada yang menggunakan sepatu ataupun sandal. Kita semua tahu itu, tapi pernahkah kita terbayangkan kalau itu juga memiliki pesan moral dalam membangun hukum suatu bangsa?.

Dari sini kita bisa mengambil contoh bagaimana seharusnya suatu bangsa dalam menegakkan hukum. Merata, tidak ada pilih kasih, mau kaya ataupun miskin dihadapan hukum sama, tidak ubahnya ketika kita memasuki masjid.

Meluruskan dan Merapatkan Barisan

Ketika shalat berjama’ah, kita diperintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf (barisan shalat).

Ketika akan menuju dan sampai di masjid, ada diantara jama’ah yang membawa sajadah dan kebetulan lebar, kalau salah satu di sampingnya tidak membawa sajadah, saat akan di mulai pelaksanaan shalat berjama’ah biasanya digelar membagikan pada sisi sampingnya, atau melipat sajadah meskipun dipakai cukup sebagai alas sujud saja, dengan alasan supaya lebih rapat dalam barisan shalat.

Untuk menjaga persatuan bangsa, kita bisa juga mengambil pesan moral dimaksud untuk merapat akan barisan diatas ketegasan dan keadilan hukum. Buang semua sifat-sifat individu yang hanya akan mendorong kita menjadi bangsa yang hedonis (kenikmatan dan kesenangan semata ... ).

Kepatuhan dan Saling Mengingatkan

Ada satu peranan penting yang selalu ada didalam masjid ketika kita shalat berjama’ah, yaitu Imam atau pemimpin dalam shalat berjamaah dengan ilmu yang lebih matang daripada jama’ahnya. Syarat mutlak imam adalah adanya makmum (jama’ah). Tidak ada ceritanya ketika seorang imam sujud maka makmumnya takhyat akhir. Akan tetapi ketika Sang Imam salah atau khilaf dalam gerakan atau bacaan dalam shalat, maka makmum wajib mengingatkannya (dengan kalimat Subhanallah) dan imampun menerimanya dengan dasar kepatuhan atas aturan Allah.

Dalam membangun suatu bangsa, disini kita bisa mengambil pelajaran wajib hukumnya memiliki pemimpin yang tentunya dengan kriteria kematangan ilmu seperti hal-nya seorang imam. Wajib bagi rakyat (jama’ah) untuk mematuhinya. Wajib bagi rakyat untuk mengingatkan ketika sang pemimpin salah ataupun khilaf. Dan tentunya, wajib juga bagi sang pemimpin untuk menerima masukan yang mengingatkan atas kesalahannya dengan dasar kepatuhan pada hukum dan ketaatan sebagai manusia yang ber Ketuhanan (Allah SWT).


Wallahu A'lam Bishawab (والله أعلمُ بالـصـواب )

sumber: media kajian agama Islam

berbuat baik itu indah

Negeri yang subur makmur gemah ripah loh jinawi yang di ridho'i Allah SWT

Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur
Kalimat yang seringkali disebut-sebut setiap kali seseorang berpidato berapi-api tentang sebuah negara, wilayah, daerah. Namun apakah arti Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur?.
Arti dari Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur
Di suatu negara yang adil dan makmur yang diberkati serta diampuni Allah? wilayahnya subur gema ripah loh jinawi serta toto tentrem kerto raharja? Entahlah hingga kini belum lagi mendapatkan arti yang pasti dari kata Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur.
Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur adalah gambaran sebuah negeri yang subur dan makmur, adil dan aman. Dimana yang berhak akan mendapat haknya, yang berkewajiban akan melaksanakan kewajibannya dan yang yang berbuat baik akan mendapat anugerah sebesar kebaikannya. Tidak ada lagi kezaliman.
Orang kaya menzalimi yang mizkin, yang kuat menzalimi yang lemah, yang berharta memanfaatkan hartanya untuk meraih posisi dan prestasi. Hal yang seperti ini akan menyebabkan sebuah negeri menjadi negeri yang Baldatun la'natun wa Robbun ghofur
Menjadi negeri yang dilaknat Allah. Sehingga kedamaian keadilan, kemakmuran tidak akan pernah menyentuh negeri yang seperti ini.
Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur
Merupakan cita-cita seluruh bangsa di dunia. Dan hanya dengan segala usaha dan kerja keras beriring doa maka impian dan harapan suatu kaum akan terlaksana. Amiin
Syaikh Ahmad Rifa'i: Lumakuho siro kabeh nedyo ing Allah,Tingkahe dangan lan abot sayah, Tingkahe sugih miskin gagah, Tuwin loro waras susah dalam manah.
Islam menghendaki segala sesuatu dilakukan tidak dengan cara paksaan, bahkan dalam menentukan suatu keyakinan pun Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih.
Firman Allah SWT;
Terjemahan QS. Al Baqarah: 256. yang artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
 Allah SWT berfirman;
Terjemahan QS Al Baqarah: 143. yang artinya: dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan ... yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Disini dapat diartikan bahwa Islam mengajarkan kepada kita agar segala sesuatu dilakukan tidak dengan cara paksaan dan tidak berlebih-lebihan.
Kata washata disebut lima kali dalam Al-Quran. Semua kata washata bermakna tengah atau moderat. Berkenaan dengan makna washata ini, Al-Raghib Al-Isfahani menyatakan, sebagai sesuatu yang berada dipertengahan yang kedua ujungnya pada posisi sama. Dengan demikian ketika disebut ummatan washatan itu artinya umat yang moderat atau umat yang berada dipertengahan. Posisi pertengahan mengandung makna tidak memihak ke kiri dan ke kanan. Tentu saja makna kiri dan kanan bukan sekedar arah, tetapi bisa idiologi, pemikiran atau sistem lainnya.
Negeri Saba’ Hancur Karena Korupsi
Melihat gegap gempitanya masalah korupsi yang sekarang hampir tiap hari menghiasi seluruh media di negeri ini yang menunjukkan betapa akut dan kronisnya korupsi hampir di seluruh Instansi dan Lembaga Pemerintah. Sebagai sosok figur pemimpin yang mestinya memberi contoh ketauladanan dan kejujuran kepada bawahannya untuk mengemban tugas amanah yang dipercayakan, apalagi saat menjelang dilantik mereka pasti berkomentar akan menjalankan sebaik-baiknya dan bahkan berjanji dihadapan pejabat yang melantik (atasan), namun apa alhasil kita jadi miris merinding apabila melihat di berbagai media sosok pejabatnya digiring oleh aparat penegak hukum. Sehingga rasa takut dan khawatir negeri ini akan mengalami pengulangan sejarah kehancuran negara-negara zaman itu gara-gara korupsi yang merajalela, bila tidak segera dilakukan tindakan yang tepat dan benar dalam mereformasi jajaran terutama penegak hukum, sebagaimana terjadi pada Negeri Saba’ (sekarang negeri Yaman). Berdasarkan contoh Al-Qur’an, negara yang pada awalnya makmur dan kemudian hancur berkeping-keping adalah negeri Saba’. Bahkan saking pentingnya tauladan yang dapat diambil dari negeri ini, Allah mengabadikannya sebagai salah satu nama Surat Al- Qur’an, yakni Surat Saba’ (surat ke 34).
Tidak sebagaimana kisah-kisah lainnya yang juga sering dapat ditemukan dalam Al- Kitab (Taurat-Injil), maka kisah kehancuran negeri Saba’ ini hanya diceriterakan dalam Al- Qur’an, karena masa kehancurannya dimulai sejak 542 setelah Masehi, 500 tahun lebih setelah wafat Isa Al- Masih.
Dalam Surat tersebut Allah menyebutkan kemakmuran negeri Saba’ dengan kalimat:”…. Negeri yang baik, dibawah naungan Tuhan yang Maha Pengampun. Tapi kemudian mereka berpaling (durhaka) maka kami datangkan kepada mereka AIR BAH (Sail Al-arim) dari bendungan (yang jebol), dan kami ganti dua hamparan kebun mereka menjadi kebun-kebun yang (hanya) menghasilkan  buah-buahan yang pahit rasanya, pohon Asl dan sedikit pohon Sidr. Demikianlah kami balas kekafiran mereka, dan pembalasan kami hanya kepada orang- orang yang kafir” .(QS;As- Saba’/34:15-17).
Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur” – demikian cuplikan ayat Saba’ diatas. Kalimat ini sering didengungkan oleh para ulama’ dan umaro’, lebih- lebih saat kampanye berlangsung, yang arti letterlijknya adalah: “negeri yang baik, dengan Tuhan yang Maha Pengampun” sering diterjemahkan dengan bahasa slogan: “Negara yang subur makmur gemah ripah loh jinawi yang di ridhoi Tuhan…
Eksistensi suatu negara hancur akibat korupsi
Allah berfirman: “Allah membuat percontohan suatu Negara yang (asalnya) aman sentosa, rizkinya melimpah dari segenap penjuru. Kemudian penduduknya mendurhakai nikmat- nikmat Allah.Maka Allah pun memberikan kepada mereka “ pakaian ketakutan dan kelaparan” (resesi berkepanjangan bagaikan pakaian yang membelit), akibat apa yang telah mereka perbuat” Q.S. An-Nahl 112. Syekh Arslan menyatakan: ” Sesungguhnya eksistensi suatu bangsa tergantung pada keadaan akhlaq nya, bila suatu bangsa hancur moralnya, maka hancur pula eksistensinya”.
Bagaimana dengan sebutan di Negeri kita kini..? apakah Negeri yang “Gemah ripah loh KORUPSI” (Negara yang korupsinya subur), bila para pemimpin dan seluruh elemen bangsanya tak sadar juga, bukan mustahil akan bernasib sama seperti negeri Saba’.

Kesimpulan

Alangkah indahnya bukan? kalau sifat-sifat diatas dimiliki oleh bangsa kita. Sehingga sangat berharap unutk Negeri kita ini menjadi bangsa yang Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur, bangsa yang akan “Ter” baik bagi rakyatnya sendiri maupun dunia Internasional.
Semua insan pastilah mendambakan kehidupan yang bahagia dan makmur, syukur-syukur kalau bisa mempunyai status sosial tinggi. Begitu juga terhadap negara, pastilah semua menginginkan akan negara yang adil dan makmur, istilah Al Qur’an menjadi Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur, atau dalam gambaran pewayangan menjadi negara yang “panjang punjung wukir pasir gemah ripah loh jinawi toto tentrem karto raharjo tebih saking laku cudro rumagang ing gawe saiyek saiko yekti”. Syukur-syukur kalau bisa menjadi negara nomor wahid di dunia, istilah Bung Karno (Presiden Pertama RI) menjadi mercu suarnya dunia.
Wallahu A'lam Bishawab


Mudah mudahan para pemimpin bangsa ini dan kita semua segera sadar sebelum segalanya terlambat. Amiiiin.

sumber : media kajian agama Islam


Berbuat baik itu indah

Minggu, 25 Oktober 2015

Kajian Islam Tentang Shalat Shubuh

Sholat Sunnah Dua Raka’at Sebelum Shubuh
Dalam hadits riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, Janganlah kalian meninggalkan dua rakaat fajar, sekalipun kalian sedang menghadapi musuh (HR Ahmad, Abu Dawud, Al-Baihaqi, dan Ath-Thahawi).
Beliau juga bersabda,
Dua rakaat fajar lebih baik daripada dunia dan segala yang ada di dalamnya.
Dalam riwayat lain, Lebih aku sukai daripada dunia seisinya. (HR. Muslim).
As Sindiy mengatakan bahwa makna dari “dua rakaat fajar” itu adalah shalat sunnah fajar. Cukup masyhur dengan nama ini (dua rakaat fajar) dan mengandung kemungkinan adanya kewajiban.
Sedangkan makna “Lebih baik dari dunia” yaitu lebih baik daripada diberikan seluruh dunia di jalan Allah SWT atau keyakinan mereka bahwa isi dunia adalah kebaikan dan tidaklah seberat atom dari (kenikmatan) akherat bisa disamai dengan dunia dan seisinya. (Syarh Sunan an Nasai juz III hal 127)
Terdapat riwayat lainnya yang menegaskan keutamaan dan perlunya melaksanakan shalat sunnah fajar ini, diantaranya :
Hadits Aisyah yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim bahwa tidaklah Nabi SAW sangat menjaga shalat-shalat nafilahnya daripada dua rakaat fajar.”
Sabda Nabi SAW lainnya,”Barangsiapa yang tidak melaksanakan shalat dua rakaat fajar hingga terbit matahari maka laksanakanlah dua rakaat itu (saat terbit matahari ).” (HR. Baihaqi dengan sanad baik)
Dari Qais bin ‘Amr berkata,”Rasulullah SAW keluar (dari rumah) saat iqomat shalat maka aku pun shalat shubuh bersamanya kemudian Nabi SAW beranjak dan mendapatiku sedang melaksanakan shalat. Lalu beliau SAW bersabda,”Sebentar wahai Qais. Apakah dua shalat sekaligus?!” Aku menjawab,”Wahai Rasulullah sesungguhnya aku belum melaksanakan shalat dua rakaat fajar.” Beliau SAW bersabda,”Kalau begitu tidak apa-apa.” (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Hurairoh dari Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah kalian meninggalkan dua rakaat fajar walaupun kalian dikejar kuda (musuh).” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dari Aisyah Radhiyallahu anhu, ia berkata, Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sebelum shubuh. (HR Al-Bukhari).
Terdapat banyak hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah selalu melakukan shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat shubuh. Kalimat tidak pernah meninggalkan pada hadits di atas menunjukkan bahwa shalat sunnah fajar dua rakaat atau bisa juga disebut shalat sunnah qabliyah shubuh adalah salah satu kebiasaan Nabi, atau suatu perbuatan yang biasa dilakukan oleh beliau. Rasulullah hampir tidak pernah meninggalkan sholat fajar ( qabliyah subuh ) dan sholat ini termasuk sholat sunnah muakkadah
Dalam hadits dikatakan, di antara shalat-shalat nafilah (sunnah), tidak ada satu pun yang lebih dijaga pelaksanaannya oleh Nabi daripada dua rakaat fajar. (Muttafaq Alaihi)
Suatu hari, Rasulullah pernah terlambat datang ke masjid untuk shalat shubuh dikarenakan ada suatu urusan yang mesti beliau kerjakan, padahal Bilal telah mengumandangkan adzan shubuh beberapa saat yang lalu. Kemudian tatkala beliau datang, beliau langsung shalat bersama para sahabat. Selesai shalat, Bilal menanyakan kepada beliau tentang sebab keterlambatannya seraya memberitahu bahwa para sahabat telah lama menunggu beliau. Beliau pun memberitahu Bilal akan sebab keterlambatannya, bahwa ada suatu urusan yang mesti beliau kerjakan, dan setelah itu beliau menyempatkan diri untuk sholat sunnah dua rakaat sebelum ke Masjid.
Bilal berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sudah terlambat sekali !?
Beliau bersabda, Sekiranya aku terlambat lebih dari itu, aku tetap akan shalat dua rakaat dengan sempurna. (Lihat Sunan Abu Dawud, Kitab Ash-Sholah, Bab Rakatay Al-Fajr, hadits Nomor 1257). 
RAHASIA DIBALIK SHOLAT SUBUH
Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya” Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya, dan kalau jelek, maka jeleklah seluruh amalnya. Bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari kiamat bukunya kosong dari shalat Shubuh tepat waktu?
Shalat Shubuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah raka’atnya; hanya dua rekaat. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit (sampai matahari terbit)
Ada hukuman khusus bagi yang meninggalkan shalat Shubuh. Rasulullah SAW telah menyebutkan hukuman berat bagi yang tidur dan meninggalkan shalat wajib, rata-rata penyebab utama seorang muslim meninggalkan shalat Subuh adalah tidur.
“Setan melilit leher seorang di antara kalian dengantiga lilitan ketika ia tidur. Dengan setiap lilitan setan membisikkan,Nikmatilah malam yang panjang ini. Apabila ia bangun lalu mengingat Allah, maka terlepaslah lilitan itu. Apabila ia berwudhu, lepaslah lilitan yang kedua. Kemudian apabila ia shalat, lepaslah lilitan yang ketiga, sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak, ia akan terbawa lamban dan malas.
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya’ dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi danIbnu Majah]
Allah akan memberi cahaya yang sangat terang padahari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah (bagi kaum lelaki di masjid), cahaya itu ada dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim, dan akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.
“Shalat berjamaah (bagi kaum lelaki) lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh tujuh kali lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh”.
“Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka padahal Dia lebih mengetahui keadaan mereka ‘Bagaimana hamba-hambaKu ketika kalian tinggalkan?’ Mereka menjawab, "Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga". [HR Al-Bukhari]
Sedangkan bagi wanita walau shalat di masjid diperbolehkan shalat di rumah adalah lebih baik dan lebih banyak pahalanya, yaitu yang mengerjakan shalat Subuh pada saat para pria sedang shalat dimasjid. Ujian yang membedakan antara wanita munafik dan wanita mukminah adalah shalat pada permulaan waktu.
Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Janganlah kamu melarang hamba-hamba (wanita) Allah pergi ke masjid-masjid Allah, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka, dan hendaklah mereka keluar dengan memakai pakaian yang apik.”
“Barang siapa yang menunaikan shalat Shubuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat Subuh menjadikan seluruh umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah sepanjang hari. Barang siapa membunuh orang yang menunaikan shalat Shubuh, Allah akan menuntutnya, sehingga ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka” [HR Muslim, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]
Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid.
قَالُواْ يٰلُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُوۤاْ إِلَيْكَ
فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ ٱلْلَّيْلِ وَلاَ يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ
إِلاَّ ٱمْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَآ أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ
ٱلصُّبْحُ أَلَيْسَ ٱلصُّبْحُ بِقَرِيبٍ
Para utusan (malaikat)
berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?.”
Kata tertinggal disini terjemahan dari kalimah yaltafit. Ada pula mufassir menterjemahkannya dengan menoleh ke belakang Perjuangan berat untuk melaksanakan sholat subuh,walau hanya dua raka’at tetapi untuk bangun sangatlah sulit membutuhkan extra perjuangan.
Bahkan ketika menuju masjid dengan menembus udara dingin mereka lakukan karena mereka tau betapa agung kedudukan sholat wajib dua raka'at, namun sebagian orang akan menikmati buaian setan dalam tidurnya,
ٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوۤاْ إِن تَنصُرُواْ
ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ( Muhammad;7)
ٱلَّذِينَ أُخْرِجُواْ مِن دِيَارِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلاَّ أَن
يَقُولُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ وَلَوْلاَ دَفْعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُمْ
بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ
فِيهَا ٱسمُ ٱللَّهِ كَثِيراً وَلَيَنصُرَنَّ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ ٱللَّهَ
لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah.” Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,( Al Hajj:40)
فَالِقُ ٱلإِصْبَاحِ وَجَعَلَ ٱلْلَّيْلَ سَكَناً وَٱلشَّمْسَ
وَٱلْقَمَرَ حُسْبَاناً ذٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. ( Al An’aam:96) Bagaimana dengan kita?
*** Marilah mulai saat ini berjuang melawan kemalasan dan bangun pagi shubuh menuju masjid/musholla untuk mendapat raport bagus, kapan lagi, atau tak ada waktu lagi?!.
sumber: media kajian Agama Islam